Cobaan
buat Mila
KRING !! jam beker sudah
berbunyi menandakan awal mula aktifitas hari ini. Seorang gadis manis pun
segera tersadar kembali ke dunia nyata, meninggalkan dunia mimpi yang sangat
disukainya. Gadis manis itu segera bangkit untuk menjalankan kewajibannya
sebagai umat muslim yaitu shalat subuh.
Seperti inilah hari-hari yang selalu
dijalani gadis manis bernama Amila Dwi Natalia yang kerap dipanggil Mila ini.
Disaat semua orang biasanya sarapan pagi bersama, dia hanya sendiri ditemani
kesunyian. sejak orang tuanya bercerai,
dia hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Ayah Mila adalah orang yang sangat
sibuk, tak jarang ia terpaksa lembur dan harus menetap di kantornya. Mila
adalah anak yang kuat, dia tahu kalaupun orang tuanya bercerai, setidaknya dia
masih bisa menemui mereka kapanpun. Sehingga, walau dia terkadang merasa sedih
dan kesepian, dia selalu bisa menyembunyikannya dengan senyumannya yang manis.
Di sekolah Mila dikenal sebagai murid
yang cerdas dan bersemangat. Tak heran banyak orang yang ingin berteman
dengannya. “ciee yang mau ulang tahun” goda Dina, sahabat Mila. “haha mau kasih
kado apa nih ke aku?” tanya Mila “rahasia dong, masa dikasih tahu? Ntar nggak
surprise lagi” balas Dina. “hehe iya juga ya. Oh ya, nanti temenin aku ke toko
buku ya?” ajak Mila “mau ngapain??” tanya Dina “ya mau beli buku dong. Masa mau
break dance?” jawab Mila “maksud aku kamu ke sana mau beli buku apa?” tanya
Dina lagi “duh Dina, masa lupa lagi sih. Sabtu ini aku mau lomba ceramah” jawab
Mila gemas “oh iya, lupa. Hahaha maklum manusia” balas Dina “huh alasan aja
tuh.” Balas Mila, Dina hanya membalas dengan cengiran lebar.
“udah tau temanya apaan?” tanya Dina sambil
matanya menyapu deretan buku yang bertengger di rak-rak toko buku gramedia. “ya,tentang kehidupan nabi Muhammad SAW” jawab Mila
yakin. “hmm, bagus juga. Oh ya, sebentar lagi waktu shalat ashar” Dina
mengingatkan. “iya, habis bayar buku ini kita langsung go to mushola” balas
Mila seraya berjalan ke arah kasir.
Malam ini ayah Mila akan pulang larut.
Mila sengaja menunggu ayahnya sambil membaca buku yang dibelinya sore tadi.
“berat juga ya jadi nabi Muhammad dari kecil udah jadi yatim piatu. Pasti sedih
sekali rasanya” gumam Mila saat membaca buku itu. Mila mulai membayangkan bagaimana
kalau dia yang seperti itu, dia menjadi semakin berpikir kalaupun orang tuanya
bercerai dia masih kuat, bagaimana jika mereka sudah tak ada? Apa dia masih
kuat untuk menerimanya dan Mila mulai berpikir apakah dia sanggup hidup tanpa
ayah dan ibu lagi. Tanpa disangka air mata Mila mengalir saat membayangkan
kalau suatu saat orang tuanya meninggal.
“Assalamualikum” ucap ayah Mila yang
baru pulang. Mila segera berlari menyambut ayahnya “waalaikumsalam” balas Mila
yang segera membawakan tas ayahnya. “Mila kok belum tidur? Besok sekolah kan?”
tanya ayahnya “iya, tapi Mila mau nunggu papa. Nggak apa kok, Mila janji nggak
bakalan bangun telat” kata Mila menenagkan ayahnya. “ya udah sekarang kamu
tidur ok?” balas ayahnya “iya, papa..” panggil Mila “ya, kenapa?” tanya ayahnya
“Mila sayang banget sama papa” lanjut Mila “iya, papa juga sayang sama Mila.
Ayo cepat tidur”.
Ups!.. Mila terbangun dan menyadari
bahwa ia sedikit kesiangan. Seperti biasa, Mila mengawali harinya dengan
mengerjakan shalat. Setelah itu Mila segera membersihkan kamar tidurnya dan
ruangan lain di akhiri dengan mempersiapkan peralatan untuk sekolah. Hari ini
Mila sarapan bersama ayahnya “pagi Mila” sapa ayahnya “pagi juga papa” balas
Mila riang “gimana tidurnya? Nyenyak?” tanya ayahnya “iya. papa sendiri
gimana?” Mila balik tanya “Alhamdulillah
papa betul-betul merasa segar dan pagi ini adalah pagi yang terindah bagi
papa”.
“Mila, jadi tema ceramah kamu nanti
apa?” tanya Dina. “kehidupan nabi Muhammad SAW tp, aku bakalan ngulas masa
kecilnya lebih detail” jawab Mila pasti. “wah, jadi nggak sabar lihat kamu
nanti” ucap Dina “hehe. Doa’in ya semoga sukses” kata Mila “iya, semoga nanti
ceramah kamu sukses dan nggak gugup waktu ceramah” balas Dina “Aaamiinn” kata
mereka kompak.
Tidak terasa hari pun semakin cepat
berlalu dan tibalah hari dimana Mila mengikuti lomba ceramah yang diadakan
sekolahnya. “duh, aku deg-degan banget nih” ucap Mila tak tenang “udah, santai
aja. Kamu kan udah latihan siang malam, sekarang berdoa aja moga-moga nanti
lancar” saran Dina. “iya”. Tidak lama giliran Mila yang diapanggil “Amila Dwi
Natalia, silakan” kata panitianya pada Mila “Bismillahirahmanirohim”
“Assalamualaikum
wr. Wb” sapa Mila “waalaikumsalam wr. Wb” balas penonton. Mila terus mengucapkan
salam sampai tiga kali. “perkenalkan nama saya Amila Dwi Natalia. Ceramah saya
kali ini bertemakan Kehidupan nabi Muhammad SAW” kata Mila. “baiklah,
sebelumnya ada yang tau kapan nabi Muhammad dilahirkan?” tanya Mila “senin 12
rabiul awal 571 M” jawab penonton serempak. “benar, pada tanggal 12 rabiul awal
571 M, tepatnya pada tahun gajah nabi Muhammad SAW dilahirkan. Pada saat itu Nabi
Muhammad SAW sudah tak memiliki ayah lagi, ayahnya meninggal saat nabi masih di
dalam kandungan. Begitu pula dengan ibunya saat nabi berumur 6 tahun ibunya
yang bernama Siti Aminah juga meninggal. Tapi, Nabi Muhammad SAW bisa melalui
itu semua dengan sabar dan tawakal jadi, tidak ada salahnya bila kita
meneladani sifat nabi Muhammad tersebut. Semua cobaan yang diberikan Allah SWT
pasti sesuai dengan batas kemampuan kita, Allah tidak mungkin memberikan cobaan
diluar batas kemampuan kita. Benar tidak?” tanya Mila
“benar” jawab penonton serempak..”
Semakin lama, Mila semakin lancar berceramah. Tidak jarang dia menimbulkan
kekocakkan sehingga ceramah yang dia sampaikan tidak terasa bosan oleh
penonton.
“bagus banget Mil” puji Dina
“makasih” jawab Mila senang. “wah, Mila jago juga ya ceramah. Bagus banget loh
ceramah kamu tadi, kami juga nggak bosan dengernya” puji beberapa penonton yang
melihat aksi Mila tadi. “makasih” jawab Mila malu tapi senang. “semoga kamu
jadi peringkat pertama ya Mil” kata Dina “Aaamiin, moga aja. Tapi, sebenarnya
aku nggak terlalu terobsesi harus jadi peringkat pertama, setidaknya aku sudah bisa
menyampaikan ceramah dengan baik” balas Mil
Beberapa jam kemudian tibalah saat
yang ditunggu-tunggu. Pengunguman juara dari lomba yang diikuti Mila “Mil, kamu
deg-degan nggak?” tanya Dina “sedikit” jawab Mila. “baiklah, kami selaku dewan
juri telah berdiskusi dalam menentukan peringkat dalam lomba ceramah kali ini. Terus
terang sebagai dewan juri, kami sulit
sekali menentukan juaranya, semuanya bagus-bagus” kata salah satu dewan juri
tersebut. “maka dari itu, dengan pertimbangan yang sangat matang kami menetukan
peringkat ketiga yaitu…… Nurul Sahada” saat pengunguman juara ke 3 selesai
semua penonton bertempuk tangan atas kemenangan Nurul dan Nurul pun mengucap syukur berkali-kali “peringkat kedua
diraih oleh……. Wahyu Putra Bintara” lanjut dewan juri tersebut. Pembacaan juara
kedua ini juga tidak kalah riuh, tepuk tangan dimana-mana. Mila, Dina dan
beberapa teman dan wali kelasnya tidak henti-hentinya berdoa. “dan peringkat
pertama diraih oleh………….. Amila Dwi Natalia”
Mila beserta teman-teman dan juga
gurunya langsung mengucap rasa syukur berkali-kali. Raut wajah bahagia
terpancar dari wajah mereka. “selamat Mila kamu menang” ucap teman-temannya
“Alhamdulillah, makasih ya” balas Mila senang. “baiklah, nama-nama yang tadi
saya sebutkan silakan naik ke atas panggung” lanjut juri. “ayo Mil naik ke atas
panggung” saran Dina “iya”. Dalam benak Mila dia akan mempersembahkan piala
untuk keluarganya, karena malam ini tepat di ulang tahunnya keluarganya akan
berkumpul.
“maaf ya Mila, papa hari ini harus
lembur jadi nggak bisa pulang” ucap papanya. Mila yang mendengar itu langsung
kehilangan semangat. Mila benar-benar kecewa, niatnya untuk merayakan ulang
tahun serta merayakan kemenangannya dengan seluruh anggota keluarga seketika
lenyap. Mila nggak minta yang berlebihan dia hanya ingin di hari ulang tahunnya
keluarganya berkumpul. baik mamanya, papanya juga kak Nisa. “ya udah, nggak apa
kok pa. papa jangan terlalu memaksakan diri ya” balas Mila dengan senyum yang
dipaksakan.
“Ya nabi salam alaika” dering handphone
Mila yang menandakan ada panggilan masuk,Ternyata telepon dari kak Nisa.
“adekku sayang… Maaf ya, mama sama kakak nggak bisa datang. Ada urusan
mendadak, Selamat Ulang Tahun, kadonya nyusul ya” kata kak Nisa yang membuat
Mila semakin tak bersemangat “iya kak, nggak apa-apa. Makasih ya, semoga urusan
kakak sama mama cepet selesai” balas Mila, dari suaranya tampak sekali
kekecewaannya. “jangan sedih ya, nanti kalau memang urusannya cepat selesai
mama sama kakak akan usahain datang ke rumah. Wassalmualaikum” balas kak Nisa
seraya memutuskan sambungan telepon.
“2 jam lagi hari ini selesai” ucap
Mila pelan. Seketika Mila merasakan firasat buruk yang sangat membuatnya tidak
tenang. “Astagfirullahalazim, ya Allah kenapa perasaanku sangat tidak tenang
begini? Semoga tidak terjadi hal-hal yang buruk ya Allah” ucap Mila terus
berdoa. Tidak lama “Kring..kring..kring..” “assalamualikum” sapa Mila
“waalaikumsalam, apa benar ini rumah kediaman pak Aryo Hermawan?” tanya orang
di seberang “iya benar, maaf ini siapa ya?” tanya Mila “saya dari kepolisian
lalu lintas ingin memberitahu anda kalau pak Aryo Hermawan kecelakaan, dan
sekarang sedang berada di rumah sakit” jawab polisi tersebut. Mila sangat kaget
mendengar itu “Astagfirullahalazim, apa benar itu semua pak?” tanyanya ragu.
“benar, silakan anda datang ke rumah sakit sekarang”
“Ya Allah, tolong selamatkan papa ya Allah”
Mila terus berdoa disertai tetesan air matanya. Keadaan pak Aryo, ayah dari
Mila sangat mengkhawatirkan, sekarang pak Aryo sedang terbaring di ruang ICU.
“Mila” panggil seorang tiba-tiba, Mila segera menoleh ke arah orang itu “kak
Nisa” ucap Mila. “kok kamu bisa di sini?” tanya kak Nisa “papa kecelakaan kak”
jawab Mila sedih “apa?! Astagfirullahalazim kamu serius Mil?” tanya kak Nisa
tak percaya “iya kak, sekarang papa ada di ruang ICU. Kakak kenapa ada sini bukannya kakak ada urusan? Baru aja Mila
mau menghubungi kakak sama mama” balas Mila “ka..kakak…” “kenapa kak?” tanya
Mila heran melihat tingkah kakaknya itu. “maaf Mil, kakak selama ini nggak
ngasih tau kamu. Sebenarnya mama sakit Mil, mama sakit kanker. Tadi, sebelum
kami mau ke rumah, mama pingsan jadi kakak langsung bawa mama ke rumah sakit.
Selama ini mama selalu bilang sama kakak jangan kasih tau kamu sama papa, biar
kalian nggak khawatir. Tapi, makin lama keadaan mama semakin memburuk jadi,
kakak nggak bisa lagi nggak ngasih tau kamu” jelas kak Nisa.
Betapa terpukulnya Mila, dia harus
menerima kenyataan kalau kedua orang tuanya sekarang sedang melawan maut disaat
yang bersamaan. Ia dan kakaknya, kak Nisa tidak henti-hentinya berdoa untuk
kedua orang tuanya. Kerabat mereka pun mulai berdatangan, berdoa bersama
mereka. “mama, papa jangan tinggalin Mila sama kak Nisa. Ya Allah, tolong
selamatkanlah orang tua hamba ya Allah. Jangan kau cabut nyawa mereka ya Allah,
hamba mohon”
Beberapa jam kemudian hal yang
ditakutkan oleh Mila, kak Nisa beserta kerabat benar-benar terjadi. Kedua orang
tuanya menghembuskan nafas terakhir, dan hanya berselang beberapa menit.
Kesedihanpun menyelimuti seluruh keluarga. Mila benar-benar sedih, dia terus
memeluk kakaknya. Dia tidak menyangka kedua orang tuanya sangat cepat dipanggil
oleh Allah SWT.
Seminggu setelah kepergian kedua
orang tuanya, Mila dan kakaknya tinggal di rumah nenek mereka. Mila sama sekali
belum memiliki niat masuk sekolah, dia masih belum rela kedua orang tuanya
pergi. Kakaknya, neneknya, beserta siapapun yang membujuknya sama sekali tak
dihiraukan oleh Mila.
Esoknya, Dina datang ke rumah nenek
Mila. “Mil, ini aku Dina” kata Dina. Barulah Mila menoleh dan tersenyum kecut
ke arah Dina. “aku tau kamu sedih tapi, kamu nggak bisa gini terus kan?” tanya
Dina. Mila hanya diam, seolah-olah tak mendengar apa yang dikatakan Dina. “huh,
aku jadi kecewa. Padahal kamu sendiri yang bilang kita itu harus sabar dan
tawakal tapi, kamunya malah kaya gini. Jadi yang kemarin itu Cuma ngomong doang
ya?” ejek Dina. “mereka meninggal dalam waktu bersamaan Din” balas Mila pelan
“aku tau tapi, walau gitu kamu nggak harusnya terpuruk gini kan?!” omel Mila
“kamu nggak ngerti, karena kamu nggak ngerasain” balas Mila yang membuat mulut
Dina terkatub rapat.
“kamu pasti bisa ngelewatinnya Mil,
kan kamu sendiri yang bilang cobaan yang diberikan Allah SWT kepada kita tidak
mungkin diluar batas kemampuan kita. Jadi, kamu pasti bisa melewatinya” lanjut
Dina. “nabi Muhammad aja masih kecil sekali waktu jadi yatim piatu, kamu yang
sekarang sudah 15 tahun masa kalah? Kamu kan nggak sendiri masih banyak kan
orang-orang yag nemenin kamu, apa kamu nggak ngangap kami ada?” tanya Dina.
“bukan gitu tapi…..” “coba kamu pikir Mil, apa orang tua kamu seneng kalo kamu
seperti ini? Aku yakin nggak” potong Dina.
Setelah lama terdiam, akhirnya Mila
buka mulut. “kamu bener Din, aku nggak seharusnya kaya gini. Aku harus
mengikuti sifat nabi Muhammad yang sabar dalam menerima cobaan, aku janji aku
nggak bakalan kaya gini lagi” serunya yakin. “gitu dong, aku juga yakin kamu
bisa melewati ini semua. Kalau kamu memang sedih coba pikirin orang-orang yang
selalu nemenin kamu, termasuk aku” balas Dina senang. “iya, makasih ya udah
nyadarin aku kalau perbuatanku kali ini salah” kata Mila “tentu, sesama umat
muslim kita harus saling memperingtkan”
Setelah itu, Mila mulai kembali
bersekolah. Kembali ceria seperti sebelumnya dan menjadi lebih bersemangat dari
sebelumnya. Kita tidak boleh terpuruk karena cobaan yang diberikan Allah SWT,
karena cobaan yang diberikan-Nya tidak mungkin diluar batas kemampuan umatnya.
Karya
: Friski Romadani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar