Senin, 12 Mei 2014

Cerpen"Cobaan Buat Mila"



Cobaan buat Mila

        KRING !! jam beker sudah berbunyi menandakan awal mula aktifitas hari ini. Seorang gadis manis pun segera tersadar kembali ke dunia nyata, meninggalkan dunia mimpi yang sangat disukainya. Gadis manis itu segera bangkit untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim yaitu shalat subuh.
          Seperti inilah hari-hari yang selalu dijalani gadis manis bernama Amila Dwi Natalia yang kerap dipanggil Mila ini. Disaat semua orang biasanya sarapan pagi bersama, dia hanya sendiri ditemani kesunyian. sejak  orang tuanya bercerai, dia hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Ayah Mila adalah orang yang sangat sibuk, tak jarang ia terpaksa lembur dan harus menetap di kantornya. Mila adalah anak yang kuat, dia tahu kalaupun orang tuanya bercerai, setidaknya dia masih bisa menemui mereka kapanpun. Sehingga, walau dia terkadang merasa sedih dan kesepian, dia selalu bisa menyembunyikannya dengan senyumannya yang manis.
          Di sekolah Mila dikenal sebagai murid yang cerdas dan bersemangat. Tak heran banyak orang yang ingin berteman dengannya. “ciee yang mau ulang tahun” goda Dina, sahabat Mila. “haha mau kasih kado apa nih ke aku?” tanya Mila “rahasia dong, masa dikasih tahu? Ntar nggak surprise lagi” balas Dina. “hehe iya juga ya. Oh ya, nanti temenin aku ke toko buku ya?” ajak Mila “mau ngapain??” tanya Dina “ya mau beli buku dong. Masa mau break dance?” jawab Mila “maksud aku kamu ke sana mau beli buku apa?” tanya Dina lagi “duh Dina, masa lupa lagi sih. Sabtu ini aku mau lomba ceramah” jawab Mila gemas “oh iya, lupa. Hahaha maklum manusia” balas Dina “huh alasan aja tuh.” Balas Mila, Dina hanya membalas dengan cengiran lebar.
          “udah tau temanya apaan?” tanya Dina sambil matanya menyapu deretan buku yang bertengger di rak-rak toko buku gramedia. “ya,tentang  kehidupan nabi Muhammad SAW” jawab Mila yakin. “hmm, bagus juga. Oh ya, sebentar lagi waktu shalat ashar” Dina mengingatkan. “iya, habis bayar buku ini kita langsung go to mushola” balas Mila seraya berjalan ke arah kasir.
          Malam ini ayah Mila akan pulang larut. Mila sengaja menunggu ayahnya sambil membaca buku yang dibelinya sore tadi. “berat juga ya jadi nabi Muhammad dari kecil udah jadi yatim piatu. Pasti sedih sekali rasanya” gumam Mila saat membaca buku itu. Mila mulai membayangkan bagaimana kalau dia yang seperti itu, dia menjadi semakin berpikir kalaupun orang tuanya bercerai dia masih kuat, bagaimana jika mereka sudah tak ada? Apa dia masih kuat untuk menerimanya dan Mila mulai berpikir apakah dia sanggup hidup tanpa ayah dan ibu lagi. Tanpa disangka air mata Mila mengalir saat membayangkan kalau suatu saat orang tuanya meninggal.
          “Assalamualikum” ucap ayah Mila yang baru pulang. Mila segera berlari menyambut ayahnya “waalaikumsalam” balas Mila yang segera membawakan tas ayahnya. “Mila kok belum tidur? Besok sekolah kan?” tanya ayahnya “iya, tapi Mila mau nunggu papa. Nggak apa kok, Mila janji nggak bakalan bangun telat” kata Mila menenagkan ayahnya. “ya udah sekarang kamu tidur ok?” balas ayahnya “iya, papa..” panggil Mila “ya, kenapa?” tanya ayahnya “Mila sayang banget sama papa” lanjut Mila “iya, papa juga sayang sama Mila. Ayo cepat tidur”.
          Ups!.. Mila terbangun dan menyadari bahwa ia sedikit kesiangan. Seperti biasa, Mila mengawali harinya dengan mengerjakan shalat. Setelah itu Mila segera membersihkan kamar tidurnya dan ruangan lain di akhiri dengan mempersiapkan peralatan untuk sekolah. Hari ini Mila sarapan bersama ayahnya “pagi Mila” sapa ayahnya “pagi juga papa” balas Mila riang “gimana tidurnya? Nyenyak?” tanya ayahnya “iya. papa sendiri gimana?” Mila balik  tanya “Alhamdulillah papa betul-betul merasa segar dan pagi ini adalah pagi yang terindah bagi papa”.
          “Mila, jadi tema ceramah kamu nanti apa?” tanya Dina. “kehidupan nabi Muhammad SAW tp, aku bakalan ngulas masa kecilnya lebih detail” jawab Mila pasti. “wah, jadi nggak sabar lihat kamu nanti” ucap Dina “hehe. Doa’in ya semoga sukses” kata Mila “iya, semoga nanti ceramah kamu sukses dan nggak gugup waktu ceramah” balas Dina “Aaamiinn” kata mereka kompak.
          Tidak terasa hari pun semakin cepat berlalu dan tibalah hari dimana Mila mengikuti lomba ceramah yang diadakan sekolahnya. “duh, aku deg-degan banget nih” ucap Mila tak tenang “udah, santai aja. Kamu kan udah latihan siang malam, sekarang berdoa aja moga-moga nanti lancar” saran Dina. “iya”. Tidak lama giliran Mila yang diapanggil “Amila Dwi Natalia, silakan” kata panitianya pada Mila “Bismillahirahmanirohim”
          “Assalamualaikum wr. Wb” sapa Mila “waalaikumsalam wr. Wb” balas penonton. Mila terus mengucapkan salam sampai tiga kali. “perkenalkan nama saya Amila Dwi Natalia. Ceramah saya kali ini bertemakan Kehidupan nabi Muhammad SAW” kata Mila. “baiklah, sebelumnya ada yang tau kapan nabi Muhammad dilahirkan?” tanya Mila “senin 12 rabiul awal 571 M” jawab penonton serempak. “benar, pada tanggal 12 rabiul awal 571 M, tepatnya pada tahun gajah nabi Muhammad SAW dilahirkan. Pada saat itu Nabi Muhammad SAW sudah tak memiliki ayah lagi, ayahnya meninggal saat nabi masih di dalam kandungan. Begitu pula dengan ibunya saat nabi berumur 6 tahun ibunya yang bernama Siti Aminah juga meninggal. Tapi, Nabi Muhammad SAW bisa melalui itu semua dengan sabar dan tawakal jadi, tidak ada salahnya bila kita meneladani sifat nabi Muhammad tersebut. Semua cobaan yang diberikan Allah SWT pasti sesuai dengan batas kemampuan kita, Allah tidak mungkin memberikan cobaan diluar batas kemampuan kita. Benar tidak?” tanya Mila
          “benar” jawab penonton serempak..” Semakin lama, Mila semakin lancar berceramah. Tidak jarang dia menimbulkan kekocakkan sehingga ceramah yang dia sampaikan tidak terasa bosan oleh penonton.   
            “bagus banget Mil” puji Dina “makasih” jawab Mila senang. “wah, Mila jago juga ya ceramah. Bagus banget loh ceramah kamu tadi, kami juga nggak bosan dengernya” puji beberapa penonton yang melihat aksi Mila tadi. “makasih” jawab Mila malu tapi senang. “semoga kamu jadi peringkat pertama ya Mil” kata Dina “Aaamiin, moga aja. Tapi, sebenarnya aku nggak terlalu terobsesi harus jadi peringkat pertama, setidaknya aku sudah bisa menyampaikan ceramah dengan baik” balas Mil
            Beberapa jam kemudian tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Pengunguman juara dari lomba yang diikuti Mila “Mil, kamu deg-degan nggak?” tanya Dina “sedikit” jawab Mila. “baiklah, kami selaku dewan juri telah berdiskusi dalam menentukan peringkat dalam lomba ceramah kali ini. Terus terang sebagai dewan juri, kami  sulit sekali menentukan juaranya, semuanya bagus-bagus” kata salah satu dewan juri tersebut. “maka dari itu, dengan pertimbangan yang sangat matang kami menetukan peringkat ketiga yaitu…… Nurul Sahada” saat pengunguman juara ke 3 selesai semua penonton bertempuk tangan atas kemenangan Nurul dan Nurul pun  mengucap syukur berkali-kali “peringkat kedua diraih oleh……. Wahyu Putra Bintara” lanjut dewan juri tersebut. Pembacaan juara kedua ini juga tidak kalah riuh, tepuk tangan dimana-mana. Mila, Dina dan beberapa teman dan wali kelasnya tidak henti-hentinya berdoa. “dan peringkat pertama diraih oleh………….. Amila Dwi Natalia”
            Mila beserta teman-teman dan juga gurunya langsung mengucap rasa syukur berkali-kali. Raut wajah bahagia terpancar dari wajah mereka. “selamat Mila kamu menang” ucap teman-temannya “Alhamdulillah, makasih ya” balas Mila senang. “baiklah, nama-nama yang tadi saya sebutkan silakan naik ke atas panggung” lanjut juri. “ayo Mil naik ke atas panggung” saran Dina “iya”. Dalam benak Mila dia akan mempersembahkan piala untuk keluarganya, karena malam ini tepat di ulang tahunnya keluarganya akan berkumpul.
            “maaf ya Mila, papa hari ini harus lembur jadi nggak bisa pulang” ucap papanya. Mila yang mendengar itu langsung kehilangan semangat. Mila benar-benar kecewa, niatnya untuk merayakan ulang tahun serta merayakan kemenangannya dengan seluruh anggota keluarga seketika lenyap. Mila nggak minta yang berlebihan dia hanya ingin di hari ulang tahunnya keluarganya berkumpul. baik mamanya, papanya juga kak Nisa. “ya udah, nggak apa kok pa. papa jangan terlalu memaksakan diri ya” balas Mila dengan senyum yang dipaksakan.
            “Ya nabi salam alaika” dering handphone Mila yang menandakan ada panggilan masuk,Ternyata telepon dari kak Nisa. “adekku sayang… Maaf ya, mama sama kakak nggak bisa datang. Ada urusan mendadak, Selamat Ulang Tahun, kadonya nyusul ya” kata kak Nisa yang membuat Mila semakin tak bersemangat “iya kak, nggak apa-apa. Makasih ya, semoga urusan kakak sama mama cepet selesai” balas Mila, dari suaranya tampak sekali kekecewaannya. “jangan sedih  ya,  nanti kalau memang urusannya cepat selesai mama sama kakak akan usahain datang ke rumah. Wassalmualaikum” balas kak Nisa seraya memutuskan sambungan telepon.
            “2 jam lagi hari ini selesai” ucap Mila pelan. Seketika Mila merasakan firasat buruk yang sangat membuatnya tidak tenang. “Astagfirullahalazim, ya Allah kenapa perasaanku sangat tidak tenang begini? Semoga tidak terjadi hal-hal yang buruk ya Allah” ucap Mila terus berdoa. Tidak lama “Kring..kring..kring..” “assalamualikum” sapa Mila “waalaikumsalam, apa benar ini rumah kediaman pak Aryo Hermawan?” tanya orang di seberang “iya benar, maaf ini siapa ya?” tanya Mila “saya dari kepolisian lalu lintas ingin memberitahu anda kalau pak Aryo Hermawan kecelakaan, dan sekarang sedang berada di rumah sakit” jawab polisi tersebut. Mila sangat kaget mendengar itu “Astagfirullahalazim, apa benar itu semua pak?” tanyanya ragu. “benar, silakan anda datang ke rumah sakit sekarang”
             “Ya Allah, tolong selamatkan papa ya Allah” Mila terus berdoa disertai tetesan air matanya. Keadaan pak Aryo, ayah dari Mila sangat mengkhawatirkan, sekarang pak Aryo sedang terbaring di ruang ICU. “Mila” panggil seorang tiba-tiba, Mila segera menoleh ke arah orang itu “kak Nisa” ucap Mila. “kok kamu bisa di sini?” tanya kak Nisa “papa kecelakaan kak” jawab Mila sedih “apa?! Astagfirullahalazim kamu serius Mil?” tanya kak Nisa tak percaya “iya kak, sekarang papa ada di ruang ICU. Kakak  kenapa ada  sini bukannya kakak ada urusan? Baru aja Mila mau menghubungi kakak sama mama” balas Mila “ka..kakak…” “kenapa kak?” tanya Mila heran melihat tingkah kakaknya itu. “maaf Mil, kakak selama ini nggak ngasih tau kamu. Sebenarnya mama sakit Mil, mama sakit kanker. Tadi, sebelum kami mau ke rumah, mama pingsan jadi kakak langsung bawa mama ke rumah sakit. Selama ini mama selalu bilang sama kakak jangan kasih tau kamu sama papa, biar kalian nggak khawatir. Tapi, makin lama keadaan mama semakin memburuk jadi, kakak nggak bisa lagi nggak ngasih tau kamu” jelas kak Nisa.
            Betapa terpukulnya Mila, dia harus menerima kenyataan kalau kedua orang tuanya sekarang sedang melawan maut disaat yang bersamaan. Ia dan kakaknya, kak Nisa tidak henti-hentinya berdoa untuk kedua orang tuanya. Kerabat mereka pun mulai berdatangan, berdoa bersama mereka. “mama, papa jangan tinggalin Mila sama kak Nisa. Ya Allah, tolong selamatkanlah orang tua hamba ya Allah. Jangan kau cabut nyawa mereka ya Allah, hamba mohon”
            Beberapa jam kemudian hal yang ditakutkan oleh Mila, kak Nisa beserta kerabat benar-benar terjadi. Kedua orang tuanya menghembuskan nafas terakhir, dan hanya berselang beberapa menit. Kesedihanpun menyelimuti seluruh keluarga. Mila benar-benar sedih, dia terus memeluk kakaknya. Dia tidak menyangka kedua orang tuanya sangat cepat dipanggil oleh Allah SWT.
            Seminggu setelah kepergian kedua orang tuanya, Mila dan kakaknya tinggal di rumah nenek mereka. Mila sama sekali belum memiliki niat masuk sekolah, dia masih belum rela kedua orang tuanya pergi. Kakaknya, neneknya, beserta siapapun yang membujuknya sama sekali tak dihiraukan oleh Mila.
            Esoknya, Dina datang ke rumah nenek Mila. “Mil, ini aku Dina” kata Dina. Barulah Mila menoleh dan tersenyum kecut ke arah Dina. “aku tau kamu sedih tapi, kamu nggak bisa gini terus kan?” tanya Dina. Mila hanya diam, seolah-olah tak mendengar apa yang dikatakan Dina. “huh, aku jadi kecewa. Padahal kamu sendiri yang bilang kita itu harus sabar dan tawakal tapi, kamunya malah kaya gini. Jadi yang kemarin itu Cuma ngomong doang ya?” ejek Dina. “mereka meninggal dalam waktu bersamaan Din” balas Mila pelan “aku tau tapi, walau gitu kamu nggak harusnya terpuruk gini kan?!” omel Mila “kamu nggak ngerti, karena kamu nggak ngerasain” balas Mila yang membuat mulut Dina terkatub rapat.
            “kamu pasti bisa ngelewatinnya Mil, kan kamu sendiri yang bilang cobaan yang diberikan Allah SWT kepada kita tidak mungkin diluar batas kemampuan kita. Jadi, kamu pasti bisa melewatinya” lanjut Dina. “nabi Muhammad aja masih kecil sekali waktu jadi yatim piatu, kamu yang sekarang sudah 15 tahun masa kalah? Kamu kan nggak sendiri masih banyak kan orang-orang yag nemenin kamu, apa kamu nggak ngangap kami ada?” tanya Dina. “bukan gitu tapi…..” “coba kamu pikir Mil, apa orang tua kamu seneng kalo kamu seperti ini? Aku yakin nggak” potong Dina.
            Setelah lama terdiam, akhirnya Mila buka mulut. “kamu bener Din, aku nggak seharusnya kaya gini. Aku harus mengikuti sifat nabi Muhammad yang sabar dalam menerima cobaan, aku janji aku nggak bakalan kaya gini lagi” serunya yakin. “gitu dong, aku juga yakin kamu bisa melewati ini semua. Kalau kamu memang sedih coba pikirin orang-orang yang selalu nemenin kamu, termasuk aku” balas Dina senang. “iya, makasih ya udah nyadarin aku kalau perbuatanku kali ini salah” kata Mila “tentu, sesama umat muslim kita harus saling memperingtkan”
            Setelah itu, Mila mulai kembali bersekolah. Kembali ceria seperti sebelumnya dan menjadi lebih bersemangat dari sebelumnya. Kita tidak boleh terpuruk karena cobaan yang diberikan Allah SWT, karena cobaan yang diberikan-Nya tidak mungkin diluar batas kemampuan umatnya.
Karya : Friski Romadani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar